TEORI ANALISIS DRAMA


TEORI ANALISIS DRAMA

Disampaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah ................
pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen Pengampu: ..............................

Disusun Oleh:
Kelompok .......
Kelas ....

...................................................
...................................................

 
 
 

  
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG
2013



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Wasyukurillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Drama”, kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami merasa bahwa makalah ini masih banyak kekuragan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kemajuan dalam bidang pendidikan dan menambah pengetahuan serta dapat meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, amin.


Bandar Lampung, ..........


Penulis





DAFTAR ISI

                                                                                                        Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
I PENDAHULUAN
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Drama............................................................................................
2.2 Unsur-unsur Drama.........................................................................................
2.3 Jenis-jenis Drama.............................................................................................
2.4 Analisis Drama Bersadarkan Diksi dan Gaya Bahasa.....................................
2.5 Naskah Drama.................................................................................................
III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam belajar bahasa Indonesia banyak sekali materi yang dipelajari baik berupa sastra maupun non sastra. Dalam makalah ini akan dijelaskan berupa bagian dari sastra yaitu drama. Pementasan drama dapat disaksikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun akan lebih seru bila kita menyaksikan drama secara langsung karena secara langsung lebih bisa menikmati dan merasakan suasananya.
1.2 Ruang Lingkup
            Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai pengertian drama secara umum, unsur-unsur drama, jenis-jenis drama, analisis drama, dan contoh drama.
1.3 Rumusan Masalah
        *            Apakah yang dimaksud dengan drama?
        *            Apa unsur-unsur yang terdapat dalam drama?
        *            Berapa majam jenis-jenis drama?
        *            Apa yang dimaksud dengan analisis diksi dan gaya bahasa pada drama?
        *            Apa yang dimaksud dengan analisis struktur kalimat?
 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Drama
Istilah drama berasal dari bahasa Yunani "droomai” yang berarti berbuat. Pengertian drama adalah pertunjukan cerita atau lakon kehidupan manusia yang dipentaskan. Drama ialah aksi mimetic (peniruan), yaitu aksi yang meniru atau mewakilkan perlakuan manusia. Menurut Aristotle (dalam http://anjar-fajar.blogspot.com) drama ialah peniruan kehidupan, sebuah cermin budaya dan suatu bayangan kebenaran. Drama didefinisikan sebagai karangan prosa dan puisi yang menyajikan dialog, pantomin atau cereka yang mengandungi konflik untuk dipentaskan. Drama juga sebagai komposisi prosa boleh disesuaikan untuk disaksikan di atas pentas yang ceritanya disampaikan melalui dialog dan aksi, dan dipersembahkan dengan bantuan gerak, kostum dan latar hiasan seperti kehidupan yang sebenar. Bagi Aristotle, plot merupakan penggerak utama sesebuah drama dan drama harus dibina dari tiga kesatuan, yaitu aksi, tempat, dan masa.
2.2 Unsur-unsur Drama
Unsur dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi dua unsur yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan unsur ektrinsik (unsur luar). Unsur intrinsik atau disebut juga unsur dalam adalah unsur yang tidak tampak. 

1.      Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik diklasifikasikan sebagai berikut:
a.      Tokoh
Tokoh adalah individu atau seseorang yang menjadi pelaku cerita. Pelaku cerita atau pemain drama disebut aktor (pria) dan aktris (wanita). Tokoh dalam cerita fiksi atau drama berkaitan dengan nama, usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan. Tokoh dalam drama diklasifikasikan menjadi:
b.      Perwatakan atau Penokohan
Perwatakan disebut juga penokohan. Perwatakan atau Penokohan adalah penggambaran efek batin seseorang tokoh yang disajikan dalam cerita. Watak pada tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional). Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik biasanya dilukiskan paling awal, baru kemudian sosialnya. Pelukisan watak tokoh dapat langsung pada dialog yang mewujudkan watak dan perkembangan lakon.
                             *        Keadaan Fisik yang termasuk dalam keadaan fisik tokoh adalah umur, jenis kelamin, cirri-ciri tubuh, cacat jasmani, cirri khas yang menonjol,, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk. Misalnya seseorang yang berleher pendek mempunyai watak mudah tersinggung, seseorang yang berleher panjang mempunyai watak sabar.
                             *       Keadaan Psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran, mental, standar moral, temperanmen, ambisi, psikologis yang dialami, dan keadaan emosi.
                             *       Keadaan Sosiologis tokoh meliputi: jabatan, pekerjaan, kelas social, ras, agama, dan ideology. Contoh penampilan pegawai bank akan berbeda dengan penampilan makelar, kendatipun keadaan social ekonominya sama. Penampilan istri bupati, akan berbeda dengan penampilan istri gubernur atau istri lurah. Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama digambarkan melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku sang tokoh.
c.       Setting
Setting diciptakan penulis/pengarang untuk memperjelas satuan peristiwa dalam cerita agar menjadi logis atau konkretisasi sebuah tempat agar penonton, pembaca mempunyai pembayangan yang tepat terhadap berlangsungnya suatu peristiwa. Selain itu, setting juga diciptakan untuk menggerakan emosi atau kejiwaan pembaca atau penonton. Secara emottif penonton atau pembaca diharapkan mempunyai daya khayal yang lebih dalam sesuai dengan kedalaman-kedalaman pengalaman berfikirnya. Setting atau tempat kejadian cerita sering disebut juga latar cerita. Setting meliputi tiga dimensi:
                             *          Setting tempat adalah tempat terjadinya cerita dalam drama. Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri. Setting tempat berhubungan dengan setting ruang dan waktu.
                             *          Setting waktu adalah waktu atau zaman atau periode sejarah terjadinya cerita dalam drama. Setting waktu juga terjadi di waktu pagi, siang, sore, atau malam.
                             *          Setting ruang juga dapat berarti ruang dalam rumah atau latar rumah, hiasan, warna, dan peralatan dalam ruang akan memberi corak tersendiri dalam drama yang dipentaskan. Misalnya di ruang tamu keluarga modern yang kaya akan berbeda dengan ruang tamu keluarga tradisional yang miskin.
d.      Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Tema dalam drama dikembangkan melalui alur, tokoh-tokoh dan perwatakan yang memungkinkan adanya konflik, dan ditulis dalam bentuk dialog. Tema yang bisa diangkat dalam drama adalah masalah percintaan, kritik social, kemiskinan, kesenjangan social, penindasan, ketuhanan, keluarga yang retak, patriotism, dan renungan hidup.
e.       Alur atau Plot
Alur atau plot adalah jalan cerita. Dalam alur sebuah naskah drama bukan permasalahan maju-mundurnya sebuah cerita seperti yang dimaksudkan dalam karangan prosa, tetapi alur yang membimbing cerita dari awal hingga tuntas. Dimulai dengan pemaparan (perkenalan awal tokoh dan penokohan), adanya masalah (konflik), konflikasi (masalah baru), krisis (pertentangan mencapai titik puncak-klimak s.d. antiklimaks), resolusi (pemecahan masalah), dan ditutup dengan ending (keputusan). Ada pula yang menggambarkan alur dalam sebah naskah drama itu pemaparan-masalah-pemecahan masalah atau resolusi-keputusan.
f.       Amanat atau Pesan Pengarang
Seorang pengarang drama baik sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam karyanya. Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton melalui karyanya. Amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui drama harus ditentukan atau dicari sendiri oleh pembaca atau penonton. Setiap pembaca atau penonton dapat berbeda-beda dalam menafsirkan amanat drama. 
2.      Unsur Ekstrinsik
Sedangkan unsur ekstrinsik (unsur luar) dalam drama adalah unsur yang tampak, seperti adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton.  Unsur instrinsik juga meliputi nilai-nilai dalam kehidupan seperti nilai sosial, budaya, agama, pendidikan, masyarakat, dan lain-lain.
2.3 Jenis-jenis Drama
Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Berdasarkan isi ceritanya
  • Drama tragedy (drama duka) adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana atau masalah yang besar. Drama tragedy menceritakan pertentangan antara tokoh protagonist dengan kekuatan dari luar atau tokoh lainya. Pertentangan ini berakhir dengan keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh protagon
  • Melodrama adalah drama yang sangat menyentuh perasaan (sentimental), mendebarkan hati, dan mengharukan. Ceritanya dilebih-lebihkan sehingga kurang meyakinkan penonton. Tokoh-tokoh dalam melodrama adalah tokoh-tokoh yang hitam putih dan bersifat tetap (stereotip). Seorang tokoh jahat adalah seluruh wataknya jahat, tidak ada sisi baik sedikkitpun, sebaliknya, tokoh hero atau tokoh protagonist adalah tokoh pujaan yang luput dari kekurangan, kesalahan, dan tindak kejahatan. Tokoh hero ini pada akhirnya akan memenagkan peperangan, masalah, atau persaingan yang ada. Tokoh-tokoh dalam melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya terhadap apa yang terjadi. Biasanya sinentron dan film Indonesia merupakan melodrama.
  • Komedi (drama ria) adalah drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Drama komedi menampilkan tokoh tolol, konyol, atau tokoh bijaksana tapi lucu. Penilaian penonton terhadap drama komedi dapat berbeda. Ada yang dapat tertawa saat menonton drama komedi, ada juga yang tidak. Perbedaan penilaian ini disebabkan oleh perbedaan budaya dan pengalaman. Penonton yang pernah mengalami peristiwa yang diceritakan dalam drama komedi akan tertawa jika melihat drama tersebut.
  • Dagelan adalah drama kocak dan ringan. Isi cerita dagelan biasanya kasar, lentur, dan vulgar. Dalam dagelan tidak terdapat kesetiaan terhadap alur cerita. Irama permainan dapat melantur dan ketetapan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokoh dalam dagelan mempunyai watak yang berubah-ubah dari awal sampai akhir. Tokoh yang serius dapat berubah secara tiba-tiba menjadi kocak. Dagelan disebut juga banyolan, sering disebut tontonan konyol atau tontonan murahan. 
2.      Berdasarkan cara penyajianya
a.    Closed Drama (drama untuk dibaca) adalah drama yang dibuat hanya untuk dibaca dan hanya indah untuk dibaca. Closed drama mempunyai dialog-dialog yang panjang dan menggunakan bahasa yang indah. Dialog-dialog yang digunakan tidak mencerminkan percakapan sehari-hari sehingga sulit dipentaskan.
b.    Drama treatikal (Drama yang dipentaskan) adalah drama yang dapat dipentaskan. Drama treatikal dipentaskan di atas pentas atau panggung.
c.    Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui radio. Drama radio mementingkan dialog yang diucapkan melalui media radio. Drama radio biasanya direkam melalui kaset.
d.      Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui media televisi. Kelebihan drama televisi adalah dalam melukiskan flashback (kenangan masa lalu). Drama televisi berbentuk scenario . drama televisi ditampilkan dalam bentuk film, sinetron, atau telenovela.
 3.      Berdasarkan bentuknya
a.       Sandiwara yaitu berasal dari dua kata bahasa jawa, yaitu sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti suatu pengajaran yang diberikan secara rahasia dalam bentuk tontonan.
b.      Teater rakyat adalah segala jenis tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak dan bersifat kerakyatan. Seperti ketoprak dari jawa, lundruk dari jawa timur, arja dari bali, lenong dari Jakarta, dan sebagainya.
c.       Opera adalah drama yang berisikan nyanyian dan music pada saat pementasanya. Nyanyian digunakan sebagai dialog. Opera sering disebut drama musical.
d.      Sendratari adalah seni drama tari atau drama tanpa dialog dari pemainanya. Suasana dan adegan dinyatakan dengan gerak yang berunsur tari. Sendratari sebagian besar diangkat dari cerita-cerita klasik, seperti Ramayana dan mahabarata.
e.       Pantomim adalah pertunjukan drama tanpa kata-kata yang hanya dimainkan dengan gerak dan ekspresi wajah biasanya diiringi music. 
f.       Operet atau Operette adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
g.      Tableau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya. Atau drama tanpa kata-kata, dan pelaku hanya mengandalkan gerak patah-patah.
h.      Passie adalah drama yang mengandung unsur agama atau religius.
i.        Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.
j.        Minikata yaitu drama dengan cakapan singkat yang mengandalkan gerak treatikal. 
4. Menurut masanya
Menurut masanya drama dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
a.       Drama Baru (Modern) adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
b.      Drama Lama (Klasik) adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya. 
2.4 Analisis Drama Bersadarkan Diksi dan Gaya Bahasa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan. Menurut Wikipidea, Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasikata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda. Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang untuk mengungkapkan sebuah cerita. Agar menghasilkan cerita yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
  1. Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan gagasan.
  2. Pengarang harus memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembaca.
  3. Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif, dan efisien.

Gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu. Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam misi menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa dalam drama yaitu untuk menjadikan pesan yang kita sampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal tersebut karena gaya bahasa memiliki efek tertentu pada pendengar atau pembaca.
Gaya bahasa memiliki beberapa macam yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu:
1)        Alusio merupakan pernyataan atau maksud yang disampaikan secara berkias tetapi hanya sebagian saja, karena umum dianggap sudah mengetahui kelanjutan dan maksud yang sebenarnya.
Contoh: Sudah selayaknya dalam setiap usaha kita harus selalu berakit-rakit ke hulu.
2)        Antiklimaks merupakan suatu pernyataan yang disusun secara berurutan dari yang paling tinggi, makin menurun dan makin menurun dan makin menurun sampai kepada yang makin rendah.
Contoh: Jangankan seratus ribu, sepuluh ribu, seribu bahkan seratus rupiah pun aku tak sudi membeli barang haram itu.
3)        Antithesis merupakan pernyataan yang diungkapkan dengan kata-kata yang saling bertentangan.
Contoh: Tua muda, besar kecil, kaya miskin mempunyai tanggung jawab yang sama di depan Tuhan.
4)        Antonomasia merupakan keterangan suatu hal yang kemudian dijadikan pengganti benda atau sesuatu yang mempunyai keterangan tersebut.
Contoh: Semoga Yang Maha Pengasih selalu melindungi perjuangan kita. ( Yang Maha Pengasih merupakan keterangan dari sifat Tuhan yang digunakan sebagai pengganti kata Tuhan dalam kalimat di atas.)
5)        Apofasis merupakan suatu cara menegaskan sesuatu tetapi dengan cara yang seolah-olah menyangkalnya.
Contoh: Saya tidak akan mengatakan dalam forum ini, bahwa Saudaralah yang membocorkan rahasia itu.
6)        Asindeton merupakan suatu cara mengemukakan beberapa hal atau peristiwa secara berurutan dengan tanpa menggunakan kata sambung.
Contoh: matahari, bumi, bulan, bintang yang berjuta-juta itu beredar dengan teratur menurut garisnya sendiri-sendiri.
7)        Ellipsis merupakan suatu cara mengemukakansesuatau dengan menghilangkan suatu kata atau lebih, tetapi yang dengan mudah dapat dilanjutkan sendiri oleh pendengar atau pembacanya.
Contoh: dari segi fisik, saya percaya engkau kuat; badanmu sehat, tetapi psikis (setelah psikis kalimat tersebut tidak dilanjutkan karena memang setiap yang medengar kalimat tersebut mesti sudah dapat memahami kelanjutan kalimat tersebut yang berupa ketidak percayaan).
8)        Epemisme disebut pula ungkapan penghalus ialah suatu cara mengemukakan pikiran atau perasaan dengan menggunakan kata-kata dengan arti yang baik dengan maksud agar tidak menyinggung perasaan orang. Epemisme dapat pula berupa ungkapan-ungkapan penghalus untuk menggantikan kata-kata yang dirasakan kurang sopan.
Contoh: sejak ditinggal suaminya, ia agak kurang waras.
9)        Enumerasi merupakan suatu cara mengemukakan suatu peristiwa atau keadaansecara hterpisah-pisah, bagian demi bagian.
Contoh: rakyat yang dicurigai mulai ditangkap, penyiksaan terjadi di mana-mana, berbagai larangan mulai dikeluarkan, termasuk larangan bergerombol lebih dari tiga orang.
10)    Eponim merupakan suau cara melukiskan sesuatu dengan mengambil sifat-difat yang dimiliki oleh nama-nama yang terkenal.
Contoh: lihatlah, Srikandi-Srikandi kita sedang berbaris dengan tegapnya (gadis yang pemberani).
11)    Hiperbola merupakan suatu cara untuk menyatakan sesuatu denagn berlebih-lebihan.
Contoh: keringatnya menganak sungai.
12)    Iuendo merupakan suatu cara menyindir dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya, atau dengan kata lain menyindir dengan cara yang tidak langsung.
Contoh: tentu saja ia kaya, karena sedikit-sedikit mau mengomersilka jabatanya.
13)    Ironi merupakan suatu cara mnyindir denganmengatakan yang sebaliknya.
Contoh: baru jam 08.00, mengapa kau sudah bangun?
14)    Klimaks merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu, idé atau keadaan dengan mengurutkan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Contoh: jangasnkan seorang, dua orang, kalau perlu seluruh kelas dapat datang ke rumahku.
15)    Koreksio merupakan suatu cara menarik perhatian pendengar atau pembaca dengan mengatakan sesuatu yang salah kemudian dibetulkan.
Contoh: pada waktu itu saya di Surabaya; Oh tidak, di Jakarta.
16)    Litotes merupakan cara mengemukakan sesuatu dengan maksud merendahkan diri. Karena itu sesuatu atau hal tersebut akan dinyatakan tidak sesuai keadaan sebenarnya.
Contoh: terimalah barang yansg tak berharga ini sebagai tanda mata.
17)    Metafora merupakan suatu cara mengatakan atau melukiskan sesuatu dengan membandingkanya dengan sesuatu yang lain. Dengan cara tersebut diharapkan pendengar atau pembaca akan lebih dapat menangkap maksud yang diharapkan penulis karena benda yang dijadikan perbandingan tersebut sudah diketahui benar baik wujud ataupun sifastnya oleh pendengar/ pembacanya. Metafora biasa juga disebut perbandingan.
Contoh:kapan saudara berjumpa dengan lintah darat itu?
18)    Metonimia merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu maksud dengan menggantikan dengan sifat, atau nama, atau sesuatu yang merupakan cirri khas dari benda-benda tersebut.
Contoh: kami akan berangkat dengan Garuda pukul 07.30 WIB.
19)    Oksimorom merupakan suatu cara berbahasa denga menggunakan kata-kata yang berlawanan artinya dalam fase yang sama. Dengan cara tersebut biasanya kata yang dikandungnya menjadi lebih keras atau lebih tegas.
Contoh: agar dapat merasa bahagia orang harus pernah menderita.
20)    Paradox merupakan suatu cara mengintensifkan maksud dengan mengemukan dua hal yang bertentangan .sepintas lalu pernyataan tersebut tidak masuk akan, tetapi dibalkik pertentangan itulah terletak intensitas makn a yang diharapkan.
Contoh: di tempat ramai begini, terasa hatiku semakin sepi.
21)    Pararelisme merupakan suatu cara berbahasa denga menjajarkan beberapa kata atau frase yang mempunyai makna sama atau hmpir sama.denga cara demikian dihaarapkan maksud yang terkandung di dalamnya menjadi semakin jelas.
Contoh: baik orang berpangkat maupun rakyatm melarat semua harus dihukum kalau memang bersalah.
22)    Personifikasi biasa disebut juga pengorangan, merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan menjadikan benda-benda yang digambarkan tersebut seperti manusia. Atau dengan kata lain suatu cara berbahasa dengan menghidupkan benda-benda mati denagn memberinya sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh manusia.
Contoh: sebentar lagi matahari akan bangun dari ttempat peraduannya.
23)    Pernyataan retoris merupakan suatu cara menarik perhatian pendengan atau pembaca dengan mengajukan pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, karena sebenarnya jawaban atas pertanyaan tersebut sudah diketahuinya.
Contoh: mungkinkah Tuhan akan mengabulkan doamu jika tanpa kau sertai usaha?
24)    Polisendeton merupakan cara berbahasa dengan menggunakan beberapa kata sambung secara berurutan dalam suatu kalimat.
Contoh: ia yakin bahwa kedua orang tuanya dan adik-adiknya dan kakak-kakaknya dan semua familinya akan berdoa demi kebrhasilan usahanya.
25)    Pleonasme merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan cara menggunakan kata berlebih. Biasanya dengan member keterangan dibelakang kata atau bagian, kalimat yang diperjelas maksudnya tersebut.
enar, peristiwa itu kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri.
26)    Pretario (tautology) merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan apa yang ingin dinyatakan tersebut.
Contoh: tidak perlu kau sebutkan namanya, aku sudah tau siapa yang kau maksudkan.
27)    Prolepsis disebut pula antipasti, merupakan suatu cara berbahasa dengan menggunakan kata tertentu lebih dulu, sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
Contoh: Almarhum siang itu masih berboncengan Honda dengan anak laki-lakinya.
28)    Repetisi atau pengulangan merupakan suatu cara memperkuat makna atau maksud dengan mengulang kata atau bagian kalimat yang hendak diperkuat maksudnya terdsebut.
Contoh: untuk mencapai cita-citamu itu, satu hal jangan kau lupakan ialah belajar, belajar dan sekali lagi belajar.
29)    Sarkasme merupakan suatu ejekan atau sindiran dengan kata-kata yang kasar.
Contoh: tuli kamu ya, dipanggil dari tadi tidak datang-datang juga!
30)    Sinekdose, merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyebutkan bagian-bagianya saja, atu sebaliknya. Sinokse dibedakan menjadi dua, yaitu tutom pro parte (menyatakan sebagian untuk keseluruhan) dan pars pro toto (menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksudkan sebagian saja).
Contoh: Perang Dunia II berakhir pada tahun 1942 (totum pro parte)
Sudah lama saya tak melihat batang hidungnya (pars pro totot).
Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek,  predikat, obyek, pelengkap, dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.

2.5 Naskah Drama
            PERPISAHAN

Mereka tiga bersahabat; Iqbal, Dera, dan Septi merupakan sahabat karib. Mereka selalu bersama-sama melalaui kehidupan masing-masing semenjak duduk dibangku sekolah dasar. Hingga ke bangku smp mereka masih menjadi teman sekelas. Iqbal, Dera dan Septi bersekolah di smp yang sama dimana mereka banyak berbagi kehidupan sosialnya dan juga sharing perihal pendidikan masing-masing.

Pelakon drama:
Muhammad Iqbal        sebagai           Iqbal
Dera Anggraini           sebagai           Dera
Septi Dwi Anggraini   sebagai           Septi
Siang hari itu berkumpul bersama. Tidak seperti biasanya, saat itu kebersamaan mereka terlihat agak beda mengingat mereka akan berpisah karena mereka akan melanjutkan jenjang pendidikan masing-masing di tempat yang berbeda.
Pada suatu malam mereka bertiga berkumpul disebuah halaman. Mereka terlihat sedang ngonengl serius, dan membicarakan program pendidikan masing-masing ditingkat sekolah lanjutan akhir.
Dialog naskah drama:
Iqbal: Der, Sep bentar lagi kita bakal pisahan. Ga tau gimana rasanya negjalanin hari-hari tanpa kalian.
Dera: Pisah kan cuman masalah beda tempat tinggal aja Bal, toh kita juga masih bisa kontekan.
Septi: Bener tu Bal. Kita emang ga lagi punya waktu untuk ngumpul, tapi kita kan masih bisa smsan atau telponan.
Iqbal: Ya, cuman kayaknya bakalan sepi kalau kalian ga ada.
Dera: Uda Bal, ga usah ngebahas yang itu. Mending kamu fokus aja sama pendidikan kamu.
Septi: Iya, dimanapun kita berada kita tetap sahabat sejati. Dan tugas kita nanti adalah tetap fokus pada pendidikan kita di SMA.
Iqbal: Der, kamu udah pasti masuk ke SMA.. Kan?
Dera: Ya, ku udah pasti masuk di SMA.. Dan aku juga udah ngasih tau sama ortu, mereka udah setuju.
Iqbal: Bagus lah. Eh, kamu Sep? Jadi masuk SMA.. ?
Septi: Ya, aku juga udah pasti masuk di SMA.. Ku udah banyak cerita sama ortu tentang sekolahan baruku itu, dan mereka ngedukung aku.
Iqbal: Ok sip.. Berarti kita semua tinggal fokus saja sama pendidikan kita. Belajar yang giat dan jadi siswa terbaik dikelas kita.
Septi: Ok, sip neng.
Dera: Yup, bener tu!
Pagi hari itu mereka bertiga bertemu dirumah Iqbal. Ini merupakan pertemuan terakhir mereka sebelum mereka pisahan karena mereka bertiga akan melanjutkan pendidikan masing-msing di sekolah tingkat akhir disekolahan yang berbeda.
Iqbal: Der, Sep ini mungkin kali terakhir kita bisa ngumpul karena nanti siang kita sudah berangkat. Seperti yang kita singgung kemarin, meski kita jauhan kita masih sahabat karib dan kita akan tetap jaga komunikasi.
Dera: Benar, dimanapun kita berada kita bertiga tetap akan selalu bersama-sama meski pada saat kita tidak bisa berjabat tangan. Kita jauh, tapi hati kita selalu dekat.
Septi: Ya, bener kalian. Pokoknya kita harus focus pada sekolah kita dan kita masih punya kesempatan untuk ngumpul bareng seperti biasa pas kita lagi liburan sekolah.
Iqbal: Ok, thanks banget kalian udah menjadi sahabat terbaikku.
Dera: OK
Septi: Yup
Septi dan Dera akhirnya berpamitan sama sahabat karibnya, Iqbal.
Dera: Ok Bal, aku pamitan ya.. Jaga diri kamu baik-baik. Ingat, prioritaskan pendidikan dan jadilah siswa terbaik dikelas kamu.
Iqbal: Yup, tentu. Kamu juga, kamu harus belajar dengan sungguh-sungguh. Jangan kebanyakan main, dan jadilah anak yang bisa negabanggain ortu kamu.
Septi: Bal, aku pamitan ya.. do’ain aja semoga semuanya lancar dan tidak ada kendala apa pun. Terimakasih udah menjadi sahabat terbaikku. Banyak hal penting yang bisa ku jadikan pembelajaran saat bersama kamu dan juga Dera.
Iqbal: Yup, jaga diri baik-baik.
Dera: Good luck Sep!
Septi dan Dera tidak lama kemudian akhirnya keluar dari rumah Iqbal. Dera dan Septi pulang kerumah masing-masing untuk melakukan persiapan, karena siang itu juga mereka akan berangkat.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Drama merupakan pertunjukan cerita atau lakon kehidupan manusia yang dipentaskan. Yang mempunyai ciri-ciri diantaranya drama merupakan prosa modern, naskah drama berbentuk prosa atau puisi, drama terdiri dari dialog, pemikiran dan gagasan pengarang disampaikan melalui dialog watak-wataknya, konflik, sebuah skrip yang tidak didasari oleh konflik tidak dianggap sebuah drama yang baik, dan gaya bahasa. Adapun unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan unsur ektrinsik (unsur luar).
Unsur-unsur intrinsik yaitu tokoh, penokohan, setting, tema, alur atau plot, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik dalam drama adalah unsur yang tampak, seperti adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton. Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan berdasarkan isi ceritanya (drama tragedy, melodrama, komedi dagelan). Berdasarkan cara penyajiannya (closed drama, drama treatikal, drama radio, drama televisi). Berdasarkan bentuknya (sandiwara, teater rakyat, opera, sendratari, pantomim, operet, tableau, passie, wayang, minikata). Dan menurut masanya drama ada drama baru dan drama lama.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu prolog, epilog, monolog, dan dialog. Selain itu juga ada tata panggung, pemeran, kostum, dan suara yang perlu diperhatikan. Gaya bahasa adalah gaya atau tehnik suatu bahasa yang digunakan oleh seseorang dengan bertujuan supaya bahasa yang disampaikan lebih bermakna indah. Ada dua aliran gaya bahasa yaitu Aliran Platonik dan Aliran Aristoteles. Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut : Kejujuran, sopan santun dan menarik. Pandangan atau pendapat tentang gaya bahasa dapat dibedakan dari segi bahasa dan nonbahasa.
Segi nonbahasa mencakup berdasarkan pengarang, masa, medium, subyek, tempat, hadirin tujuan. Sedangkan berdasarkan bahasa mencakup berdasarka pilihan kata, nada yang terkandung dalam wacana, struktur kalimat, dan langsung atau tidaknya suatu makna. Gaya bahasa mempunyai berbagai jenis dalam berbagai jenis tersebut mempunyai cirri khas masing-masing yang membedakannya. Kreatifitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan karya yang indah, enak dibacadidengar, serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami dengan baik.

DAFTAR PUSATAKA

Kref, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. 2009.
Sadikin, Mustofa. Kumpulan Sastra Indonesia. Jakarta: Gudang Ilmu. 2010.
http://dinamika.uny.ac.id
http://irpantips4u.blogspot.com
http://teksdrama.blogspot.com
http://aamovi.wordpress.com
http://mengenal-teater.blogspot.com
http://kingponselku.com
http://senibudayaparamitha.blogspot.com