LAUTAN LUMPUR
Aku rindu
kekeringan
Aku rindu
terik mu mentari
Pancaran sinar
mu membawa kami keheningan
Dimana kamu
berarada saat ini
Apakah kamu
tersandung oleh mendungnya awan?
Kini bumi
kami telah menjadi lautan lumpur
Lautan penuh
dengan kerusakan
Kami saling
teriak tapi tak mampu saling membantu
Kami saling
berebut karena tak mampu memberi
Dulu kami
tidur di kasur yang nyaman
Kini kami
terbaring di atas tikar yang kotor
Derasnya air
mengalir membawa nyawa saudara kami
Kami tak
mampu berbuat apa-apa
Kami hanya
mampu berdo’a
Kalau api
yang datang bisa kami lawan dengan air
Kami sadar
bahwa air tak mampu kami lawan
Jika angin
yang datang kami hanya mampu berpasrah
Karena rusaknya
kami sehingga kami juga dirusak oleh air
Kami tak
mampu menjaga lingkungan
Kami sekarang
rusak, rusak, dan rusak
Banyak saudara
kami kini kehilangan materi
Kehilangan
pikiran
Kehilangan
tenaga
Bahkan kami
kehilangan saudara kami
Kami mengundang
air dalam kehidupan ini
Tapi bukan
untuk merusak
Kami butuh
air buat hidup
Tapi bukan
untuk menghancurkan hidup
Kami mau
memaki siapa
Tetangga?
Teman?
Pemerintah?
Apa kami
harus memaki diri kami sendiri
Negeri kami
tinggal puing-puing sisa hanyutan mu
Tinggal kesedihan
dan menunggu belas kasihan
ADA KALANYA KAU MEMBERI DAN ADA KALANYA KAU JUGA DIBERI