TEORI ANALISIS DRAMA
TEORI ANALISIS DRAMA
Disampaikan untuk memenuhi tugas
mata kuliah ................
pada Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen Pengampu:
..............................
Disusun Oleh:
Kelompok .......
Kelas ....
...................................................
...................................................
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Wasyukurillah
kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Drama”, kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami merasa bahwa makalah ini masih banyak
kekuragan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kemajuan dalam bidang pendidikan
dan menambah pengetahuan serta dapat meningkatkan iman dan taqwa kita kepada
Tuhan Yang Maha Esa, amin.
Bandar
Lampung, ..........
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
I PENDAHULUAN
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Drama............................................................................................
2.2 Unsur-unsur
Drama.........................................................................................
2.3 Jenis-jenis
Drama.............................................................................................
2.4 Analisis Drama Bersadarkan Diksi dan Gaya
Bahasa.....................................
2.5 Naskah
Drama.................................................................................................
III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam
belajar bahasa Indonesia banyak sekali materi yang dipelajari baik berupa
sastra maupun non sastra. Dalam makalah ini akan dijelaskan berupa bagian dari
sastra yaitu drama. Pementasan drama dapat disaksikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Namun akan lebih seru bila kita menyaksikan drama secara
langsung karena secara langsung lebih bisa menikmati dan merasakan suasananya.
1.2 Ruang Lingkup
Masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah mengenai pengertian drama secara umum, unsur-unsur
drama, jenis-jenis drama, analisis drama, dan contoh drama.
1.3 Rumusan Masalah
*
Apakah yang dimaksud dengan drama?
*
Apa unsur-unsur yang terdapat dalam drama?
*
Berapa majam jenis-jenis drama?
*
Apa yang dimaksud dengan analisis diksi dan gaya bahasa
pada drama?
*
Apa yang dimaksud dengan analisis struktur kalimat?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Drama
Istilah
drama berasal dari bahasa Yunani "droomai” yang berarti berbuat.
Pengertian drama adalah pertunjukan cerita atau lakon kehidupan manusia yang
dipentaskan. Drama ialah aksi mimetic (peniruan), yaitu aksi yang meniru atau
mewakilkan perlakuan manusia. Menurut Aristotle (dalam
http://anjar-fajar.blogspot.com) drama ialah peniruan kehidupan, sebuah cermin
budaya dan suatu bayangan kebenaran. Drama didefinisikan sebagai karangan
prosa dan puisi yang menyajikan dialog, pantomin atau cereka yang mengandungi
konflik untuk dipentaskan. Drama juga sebagai komposisi prosa boleh disesuaikan
untuk disaksikan di atas pentas yang ceritanya disampaikan melalui dialog dan
aksi, dan dipersembahkan dengan bantuan gerak, kostum dan latar hiasan seperti
kehidupan yang sebenar. Bagi Aristotle, plot merupakan penggerak utama sesebuah
drama dan drama harus dibina dari tiga kesatuan, yaitu aksi, tempat, dan masa.
2.2 Unsur-unsur Drama
Unsur
dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi dua unsur yaitu unsur intrinsik
(unsur dalam) dan unsur ektrinsik (unsur luar). Unsur intrinsik atau disebut
juga unsur dalam adalah unsur yang tidak tampak.
1.
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Tokoh
Tokoh adalah individu atau seseorang yang menjadi pelaku
cerita. Pelaku cerita atau pemain drama disebut aktor (pria) dan aktris
(wanita). Tokoh dalam cerita fiksi atau drama berkaitan dengan nama, usia,
jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan. Tokoh dalam drama
diklasifikasikan menjadi:
b. Perwatakan
atau Penokohan
Perwatakan disebut juga penokohan. Perwatakan atau Penokohan
adalah penggambaran efek batin seseorang tokoh yang disajikan dalam cerita.
Watak pada tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional).
Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik biasanya dilukiskan paling awal,
baru kemudian sosialnya. Pelukisan watak tokoh dapat langsung pada dialog yang
mewujudkan watak dan perkembangan lakon.
*
Keadaan Fisik yang termasuk dalam keadaan fisik tokoh
adalah umur, jenis kelamin, cirri-ciri tubuh, cacat jasmani, cirri khas yang
menonjol,, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk.
Misalnya seseorang yang berleher pendek mempunyai watak mudah tersinggung,
seseorang yang berleher panjang mempunyai watak sabar.
* Keadaan Psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran, mental, standar moral,
temperanmen, ambisi, psikologis yang dialami, dan keadaan emosi.
* Keadaan Sosiologis tokoh meliputi: jabatan, pekerjaan, kelas social,
ras, agama, dan ideology. Contoh penampilan pegawai bank akan berbeda dengan
penampilan makelar, kendatipun keadaan social ekonominya sama. Penampilan istri
bupati, akan berbeda dengan penampilan istri gubernur atau istri lurah.
Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama digambarkan melalui dialog, ekspresi, atau
tingkah laku sang tokoh.
c. Setting
Setting diciptakan penulis/pengarang untuk memperjelas satuan
peristiwa dalam cerita agar menjadi logis atau konkretisasi sebuah tempat agar
penonton, pembaca mempunyai pembayangan yang tepat terhadap berlangsungnya
suatu peristiwa. Selain itu, setting juga diciptakan untuk menggerakan emosi
atau kejiwaan pembaca atau penonton. Secara emottif penonton atau pembaca
diharapkan mempunyai daya khayal yang lebih dalam sesuai dengan
kedalaman-kedalaman pengalaman berfikirnya. Setting atau tempat kejadian cerita
sering disebut juga latar cerita. Setting meliputi tiga dimensi:
*
Setting tempat adalah tempat terjadinya cerita dalam
drama. Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri. Setting tempat
berhubungan dengan setting ruang dan waktu.
*
Setting waktu adalah waktu atau zaman atau periode sejarah
terjadinya cerita dalam drama. Setting waktu juga terjadi di waktu pagi, siang,
sore, atau malam.
*
Setting ruang juga dapat berarti ruang dalam rumah atau
latar rumah, hiasan, warna, dan peralatan dalam ruang akan memberi corak
tersendiri dalam drama yang dipentaskan. Misalnya di ruang tamu keluarga modern
yang kaya akan berbeda dengan ruang tamu keluarga tradisional yang miskin.
d. Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau
ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Tema dalam drama dikembangkan
melalui alur, tokoh-tokoh dan perwatakan yang memungkinkan adanya konflik, dan
ditulis dalam bentuk dialog. Tema yang bisa diangkat dalam drama adalah masalah
percintaan, kritik social, kemiskinan, kesenjangan social, penindasan,
ketuhanan, keluarga yang retak, patriotism, dan renungan hidup.
e. Alur atau Plot
Alur atau plot adalah jalan cerita.
Dalam alur sebuah naskah drama bukan permasalahan maju-mundurnya sebuah cerita
seperti yang dimaksudkan dalam karangan prosa, tetapi alur yang membimbing
cerita dari awal hingga tuntas. Dimulai dengan pemaparan (perkenalan awal tokoh
dan penokohan), adanya masalah (konflik), konflikasi (masalah baru), krisis
(pertentangan mencapai titik puncak-klimak s.d. antiklimaks), resolusi
(pemecahan masalah), dan ditutup dengan ending (keputusan). Ada pula yang
menggambarkan alur dalam sebah naskah drama itu pemaparan-masalah-pemecahan
masalah atau resolusi-keputusan.
f. Amanat
atau Pesan Pengarang
Seorang pengarang drama baik sadar atau tidak sadar pasti
menyampaikan amanat dalam karyanya. Amanat adalah pesan yang disampaikan
pengarang kepada pembaca atau penonton melalui karyanya. Amanat yang hendak
disampaikan pengarang melalui drama harus ditentukan atau dicari sendiri oleh pembaca
atau penonton. Setiap pembaca atau penonton dapat berbeda-beda dalam
menafsirkan amanat drama.
2.
Unsur Ekstrinsik
Sedangkan unsur ekstrinsik (unsur luar) dalam drama adalah
unsur yang tampak, seperti adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur
ini bisa bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti,
tokoh, sutradara, dan penonton. Unsur instrinsik juga meliputi
nilai-nilai dalam kehidupan seperti nilai sosial, budaya, agama, pendidikan,
masyarakat, dan lain-lain.
2.3 Jenis-jenis Drama
Jenis-jenis drama dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan isi ceritanya
- Drama tragedy (drama duka) adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana atau masalah yang besar. Drama tragedy menceritakan pertentangan antara tokoh protagonist dengan kekuatan dari luar atau tokoh lainya. Pertentangan ini berakhir dengan keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh protagon
- Melodrama adalah drama yang sangat menyentuh perasaan (sentimental), mendebarkan hati, dan mengharukan. Ceritanya dilebih-lebihkan sehingga kurang meyakinkan penonton. Tokoh-tokoh dalam melodrama adalah tokoh-tokoh yang hitam putih dan bersifat tetap (stereotip). Seorang tokoh jahat adalah seluruh wataknya jahat, tidak ada sisi baik sedikkitpun, sebaliknya, tokoh hero atau tokoh protagonist adalah tokoh pujaan yang luput dari kekurangan, kesalahan, dan tindak kejahatan. Tokoh hero ini pada akhirnya akan memenagkan peperangan, masalah, atau persaingan yang ada. Tokoh-tokoh dalam melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya terhadap apa yang terjadi. Biasanya sinentron dan film Indonesia merupakan melodrama.
- Komedi (drama ria) adalah drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Drama komedi menampilkan tokoh tolol, konyol, atau tokoh bijaksana tapi lucu. Penilaian penonton terhadap drama komedi dapat berbeda. Ada yang dapat tertawa saat menonton drama komedi, ada juga yang tidak. Perbedaan penilaian ini disebabkan oleh perbedaan budaya dan pengalaman. Penonton yang pernah mengalami peristiwa yang diceritakan dalam drama komedi akan tertawa jika melihat drama tersebut.
- Dagelan adalah drama kocak dan ringan. Isi cerita dagelan biasanya kasar, lentur, dan vulgar. Dalam dagelan tidak terdapat kesetiaan terhadap alur cerita. Irama permainan dapat melantur dan ketetapan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokoh dalam dagelan mempunyai watak yang berubah-ubah dari awal sampai akhir. Tokoh yang serius dapat berubah secara tiba-tiba menjadi kocak. Dagelan disebut juga banyolan, sering disebut tontonan konyol atau tontonan murahan.
2.
Berdasarkan cara penyajianya
a. Closed Drama (drama untuk dibaca) adalah drama yang dibuat hanya untuk
dibaca dan hanya indah untuk dibaca. Closed drama mempunyai dialog-dialog yang
panjang dan menggunakan bahasa yang indah. Dialog-dialog yang digunakan tidak
mencerminkan percakapan sehari-hari sehingga sulit dipentaskan.
b. Drama treatikal (Drama yang dipentaskan) adalah drama yang dapat
dipentaskan. Drama treatikal dipentaskan di atas pentas atau panggung.
c. Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui
radio. Drama radio mementingkan dialog yang diucapkan melalui media radio.
Drama radio biasanya direkam melalui kaset.
d. Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui
media televisi. Kelebihan drama televisi adalah dalam melukiskan flashback
(kenangan masa lalu). Drama televisi berbentuk scenario . drama televisi
ditampilkan dalam bentuk film, sinetron, atau telenovela.
3.
Berdasarkan bentuknya
a.
Sandiwara yaitu berasal dari dua kata bahasa jawa, yaitu
sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti
suatu pengajaran yang diberikan secara rahasia dalam bentuk tontonan.
b.
Teater rakyat adalah segala jenis tontonan yang
dipertunjukan di depan orang banyak dan bersifat kerakyatan. Seperti ketoprak
dari jawa, lundruk dari jawa timur, arja dari bali, lenong dari Jakarta, dan
sebagainya.
c.
Opera adalah drama yang berisikan nyanyian dan music pada
saat pementasanya. Nyanyian digunakan sebagai dialog. Opera sering disebut
drama musical.
d.
Sendratari adalah seni drama tari atau drama tanpa dialog
dari pemainanya. Suasana dan adegan dinyatakan dengan gerak yang berunsur tari.
Sendratari sebagian besar diangkat dari cerita-cerita klasik, seperti Ramayana
dan mahabarata.
e.
Pantomim adalah pertunjukan drama tanpa kata-kata yang
hanya dimainkan dengan gerak dan ekspresi wajah biasanya diiringi music.
f.
Operet atau Operette adalah opera yang ceritanya lebih
pendek.
g.
Tableau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi
oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya. Atau drama tanpa
kata-kata, dan pelaku hanya mengandalkan gerak patah-patah.
h.
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama atau
religius.
i.
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka
wayang.
j.
Minikata yaitu drama dengan cakapan singkat yang
mengandalkan gerak treatikal.
4. Menurut masanya
Menurut masanya drama dapat
dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
a. Drama Baru (Modern) adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan
pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia
sehari-hari.
b. Drama Lama (Klasik) adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan
tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi,
kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
2.4 Analisis Drama Bersadarkan Diksi dan
Gaya Bahasa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam
penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata
seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang
bersangkutan membuat karangan. Menurut Wikipidea, Diksi dalam arti aslinya dan
pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau
pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan
dengan enunsiasikata
- seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga
kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan
dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Setiap kata memiliki makna tertentu
untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa
saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan
bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat.
Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika
digunakan dalam kalimat yang berbeda. Diksi dapat diartikan sebagai pilihan
kata, gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang untuk mengungkapkan sebuah
cerita. Agar menghasilkan cerita yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan gagasan.
- Pengarang harus memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembaca.
- Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif, dan efisien.
Gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan
sesuatu. Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam misi
menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa dalam drama yaitu untuk menjadikan
pesan yang kita sampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal tersebut
karena gaya bahasa memiliki efek tertentu pada pendengar atau pembaca.
Gaya
bahasa memiliki beberapa macam yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu:
1)
Alusio merupakan pernyataan atau maksud yang disampaikan
secara berkias tetapi hanya sebagian saja, karena umum dianggap sudah
mengetahui kelanjutan dan maksud yang sebenarnya.
Contoh: Sudah selayaknya dalam setiap usaha kita harus selalu
berakit-rakit ke hulu.
2)
Antiklimaks merupakan suatu pernyataan yang disusun secara
berurutan dari yang paling tinggi, makin menurun dan makin menurun dan makin
menurun sampai kepada yang makin rendah.
Contoh: Jangankan seratus ribu, sepuluh ribu, seribu bahkan seratus
rupiah pun aku tak sudi membeli barang haram itu.
3)
Antithesis merupakan pernyataan yang diungkapkan dengan
kata-kata yang saling bertentangan.
Contoh: Tua muda, besar kecil, kaya miskin mempunyai tanggung jawab
yang sama di depan Tuhan.
4)
Antonomasia merupakan keterangan suatu hal yang kemudian
dijadikan pengganti benda atau sesuatu yang mempunyai keterangan tersebut.
Contoh: Semoga Yang Maha Pengasih selalu melindungi perjuangan kita. (
Yang Maha Pengasih merupakan keterangan dari sifat Tuhan yang digunakan sebagai
pengganti kata Tuhan dalam kalimat di atas.)
5)
Apofasis merupakan suatu
cara menegaskan sesuatu tetapi dengan cara yang seolah-olah menyangkalnya.
Contoh: Saya tidak akan mengatakan dalam forum ini, bahwa Saudaralah
yang membocorkan rahasia itu.
6)
Asindeton merupakan suatu cara mengemukakan beberapa hal
atau peristiwa secara berurutan dengan tanpa menggunakan kata sambung.
Contoh: matahari, bumi, bulan, bintang yang berjuta-juta itu beredar
dengan teratur menurut garisnya sendiri-sendiri.
7)
Ellipsis merupakan suatu cara mengemukakansesuatau dengan
menghilangkan suatu kata atau lebih, tetapi yang dengan mudah dapat dilanjutkan
sendiri oleh pendengar atau pembacanya.
Contoh: dari segi fisik, saya percaya engkau kuat; badanmu sehat,
tetapi psikis (setelah psikis kalimat tersebut tidak dilanjutkan karena memang
setiap yang medengar kalimat tersebut mesti sudah dapat memahami kelanjutan
kalimat tersebut yang berupa ketidak percayaan).
8)
Epemisme disebut pula ungkapan penghalus ialah suatu cara
mengemukakan pikiran atau perasaan dengan menggunakan kata-kata dengan arti
yang baik dengan maksud agar tidak menyinggung perasaan orang. Epemisme dapat
pula berupa ungkapan-ungkapan penghalus untuk menggantikan kata-kata yang
dirasakan kurang sopan.
Contoh: sejak ditinggal suaminya, ia agak kurang waras.
9)
Enumerasi merupakan suatu cara mengemukakan suatu
peristiwa atau keadaansecara hterpisah-pisah, bagian demi bagian.
Contoh: rakyat yang dicurigai mulai ditangkap, penyiksaan terjadi di
mana-mana, berbagai larangan mulai dikeluarkan, termasuk larangan bergerombol
lebih dari tiga orang.
10) Eponim merupakan suau cara melukiskan sesuatu dengan mengambil
sifat-difat yang dimiliki oleh nama-nama yang terkenal.
Contoh: lihatlah, Srikandi-Srikandi kita sedang berbaris dengan
tegapnya (gadis yang pemberani).
11) Hiperbola merupakan suatu cara untuk menyatakan sesuatu denagn
berlebih-lebihan.
Contoh: keringatnya menganak sungai.
12) Iuendo merupakan suatu cara menyindir
dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya, atau dengan kata lain menyindir
dengan cara yang tidak langsung.
Contoh: tentu saja ia kaya, karena sedikit-sedikit mau mengomersilka
jabatanya.
13) Ironi merupakan suatu cara mnyindir denganmengatakan yang sebaliknya.
Contoh: baru jam 08.00, mengapa kau sudah bangun?
14) Klimaks merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu, idé atau keadaan
dengan mengurutkan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Contoh: jangasnkan seorang, dua orang, kalau perlu seluruh kelas dapat
datang ke rumahku.
15) Koreksio merupakan suatu cara menarik perhatian pendengar atau pembaca
dengan mengatakan sesuatu yang salah kemudian dibetulkan.
Contoh: pada waktu itu saya di Surabaya; Oh tidak, di Jakarta.
16) Litotes merupakan cara mengemukakan sesuatu dengan maksud merendahkan
diri. Karena itu sesuatu atau hal tersebut akan dinyatakan tidak sesuai keadaan
sebenarnya.
Contoh: terimalah barang yansg tak berharga ini sebagai tanda mata.
17) Metafora merupakan suatu cara mengatakan atau melukiskan sesuatu dengan
membandingkanya dengan sesuatu yang lain. Dengan cara tersebut diharapkan
pendengar atau pembaca akan lebih dapat menangkap maksud yang diharapkan
penulis karena benda yang dijadikan perbandingan tersebut sudah diketahui benar
baik wujud ataupun sifastnya oleh pendengar/ pembacanya. Metafora biasa juga
disebut perbandingan.
Contoh:kapan saudara berjumpa dengan lintah darat itu?
18) Metonimia merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu maksud dengan
menggantikan dengan sifat, atau nama, atau sesuatu yang merupakan cirri khas
dari benda-benda tersebut.
Contoh: kami akan berangkat dengan Garuda pukul 07.30 WIB.
19) Oksimorom merupakan suatu cara
berbahasa denga menggunakan kata-kata yang berlawanan artinya dalam fase yang
sama. Dengan cara tersebut biasanya kata yang dikandungnya menjadi lebih keras
atau lebih tegas.
Contoh: agar dapat merasa bahagia orang harus pernah menderita.
20) Paradox merupakan suatu cara mengintensifkan maksud dengan mengemukan
dua hal yang bertentangan .sepintas lalu pernyataan tersebut tidak masuk akan,
tetapi dibalkik pertentangan itulah terletak intensitas makn a yang diharapkan.
Contoh: di tempat ramai begini, terasa hatiku semakin sepi.
21) Pararelisme merupakan suatu cara berbahasa denga menjajarkan beberapa
kata atau frase yang mempunyai makna sama atau hmpir sama.denga cara demikian
dihaarapkan maksud yang terkandung di dalamnya menjadi semakin jelas.
Contoh: baik orang berpangkat maupun rakyatm melarat semua harus dihukum
kalau memang bersalah.
22) Personifikasi biasa disebut juga pengorangan, merupakan suatu cara
memperjelas maksud dengan menjadikan benda-benda yang digambarkan tersebut
seperti manusia. Atau dengan kata lain suatu cara berbahasa dengan menghidupkan
benda-benda mati denagn memberinya sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh
manusia.
Contoh: sebentar lagi matahari akan bangun dari ttempat peraduannya.
23) Pernyataan retoris merupakan suatu cara menarik perhatian pendengan
atau pembaca dengan mengajukan pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, karena
sebenarnya jawaban atas pertanyaan tersebut sudah diketahuinya.
Contoh: mungkinkah Tuhan akan mengabulkan doamu jika tanpa kau sertai
usaha?
24) Polisendeton merupakan cara berbahasa dengan menggunakan beberapa kata
sambung secara berurutan dalam suatu kalimat.
Contoh: ia yakin bahwa kedua orang tuanya dan adik-adiknya dan
kakak-kakaknya dan semua familinya akan berdoa demi kebrhasilan usahanya.
25) Pleonasme merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan cara
menggunakan kata berlebih. Biasanya dengan member keterangan dibelakang kata
atau bagian, kalimat yang diperjelas maksudnya tersebut.
enar, peristiwa itu kusaksikan dengan
mata kepalaku sendiri.
26) Pretario (tautology) merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan
menyembunyikan atau merahasiakan apa yang ingin dinyatakan tersebut.
Contoh: tidak perlu kau sebutkan namanya, aku sudah tau siapa yang kau
maksudkan.
27) Prolepsis disebut pula antipasti, merupakan suatu cara berbahasa dengan
menggunakan kata tertentu lebih dulu, sebelum peristiwa atau gagasan yang
sebenarnya terjadi.
Contoh: Almarhum siang itu masih berboncengan Honda dengan anak
laki-lakinya.
28) Repetisi atau pengulangan merupakan suatu cara memperkuat makna atau
maksud dengan mengulang kata atau bagian kalimat yang hendak diperkuat
maksudnya terdsebut.
Contoh: untuk mencapai cita-citamu itu, satu hal jangan kau lupakan
ialah belajar, belajar dan sekali lagi belajar.
29) Sarkasme merupakan suatu ejekan atau sindiran dengan kata-kata yang
kasar.
Contoh: tuli kamu ya, dipanggil dari tadi tidak datang-datang juga!
30) Sinekdose, merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyebutkan
bagian-bagianya saja, atu sebaliknya. Sinokse dibedakan menjadi dua, yaitu
tutom pro parte (menyatakan sebagian untuk keseluruhan) dan pars pro toto
(menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksudkan sebagian saja).
Contoh: Perang Dunia II berakhir pada tahun 1942 (totum pro parte)
Sudah
lama saya tak melihat batang hidungnya (pars pro totot).
Dalam
suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek, predikat,
obyek, pelengkap, dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal
memliki unsur Subyek dan Predikat.
2.5 Naskah Drama
PERPISAHAN
Mereka tiga bersahabat; Iqbal, Dera, dan Septi merupakan sahabat karib. Mereka selalu bersama-sama melalaui kehidupan masing-masing semenjak duduk dibangku sekolah dasar. Hingga ke bangku smp mereka masih menjadi teman sekelas. Iqbal, Dera dan Septi bersekolah di smp yang sama dimana mereka banyak berbagi kehidupan sosialnya dan juga sharing perihal pendidikan masing-masing.
Pelakon drama:
Muhammad
Iqbal
sebagai Iqbal
Dera
Anggraini sebagai
Dera
Septi Dwi
Anggraini sebagai
Septi
Siang hari
itu berkumpul bersama. Tidak seperti biasanya, saat itu kebersamaan mereka
terlihat agak beda mengingat mereka akan berpisah karena mereka akan
melanjutkan jenjang pendidikan masing-masing di tempat yang berbeda.
Pada suatu
malam mereka bertiga berkumpul disebuah halaman. Mereka terlihat sedang ngonengl
serius, dan membicarakan program pendidikan masing-masing ditingkat sekolah
lanjutan akhir.
Dialog
naskah drama:
Iqbal: Der,
Sep bentar lagi kita bakal pisahan. Ga tau gimana rasanya negjalanin hari-hari
tanpa kalian.
Dera: Pisah
kan cuman masalah beda tempat tinggal aja Bal, toh kita juga masih bisa
kontekan.
Septi: Bener
tu Bal. Kita emang ga lagi punya waktu untuk ngumpul, tapi kita kan masih bisa
smsan atau telponan.
Iqbal: Ya,
cuman kayaknya bakalan sepi kalau kalian ga ada.
Dera: Uda
Bal, ga usah ngebahas yang itu. Mending kamu fokus aja sama pendidikan kamu.
Septi: Iya,
dimanapun kita berada kita tetap sahabat sejati. Dan tugas kita nanti adalah
tetap fokus pada pendidikan kita di SMA.
Iqbal: Der,
kamu udah pasti masuk ke SMA.. Kan?
Dera: Ya, ku
udah pasti masuk di SMA.. Dan aku juga udah ngasih tau sama ortu, mereka udah
setuju.
Iqbal: Bagus
lah. Eh, kamu Sep? Jadi masuk SMA.. ?
Septi: Ya,
aku juga udah pasti masuk di SMA.. Ku udah banyak cerita sama ortu tentang
sekolahan baruku itu, dan mereka ngedukung aku.
Iqbal: Ok
sip.. Berarti kita semua tinggal fokus saja sama pendidikan kita. Belajar yang
giat dan jadi siswa terbaik dikelas kita.
Septi: Ok,
sip neng.
Dera: Yup,
bener tu!
Pagi hari
itu mereka bertiga bertemu dirumah Iqbal. Ini merupakan pertemuan terakhir
mereka sebelum mereka pisahan karena mereka bertiga akan melanjutkan pendidikan
masing-msing di sekolah tingkat akhir disekolahan yang berbeda.
Iqbal: Der,
Sep ini mungkin kali terakhir kita bisa ngumpul karena nanti siang kita sudah
berangkat. Seperti yang kita singgung kemarin, meski kita jauhan kita masih
sahabat karib dan kita akan tetap jaga komunikasi.
Dera: Benar,
dimanapun kita berada kita bertiga tetap akan selalu bersama-sama meski pada
saat kita tidak bisa berjabat tangan. Kita jauh, tapi hati kita selalu dekat.
Septi: Ya,
bener kalian. Pokoknya kita harus focus pada sekolah kita dan kita masih punya
kesempatan untuk ngumpul bareng seperti biasa pas kita lagi liburan sekolah.
Iqbal: Ok,
thanks banget kalian udah menjadi sahabat terbaikku.
Dera: OK
Septi: Yup
Septi dan
Dera akhirnya berpamitan sama sahabat karibnya, Iqbal.
Dera: Ok
Bal, aku pamitan ya.. Jaga diri kamu baik-baik. Ingat, prioritaskan pendidikan
dan jadilah siswa terbaik dikelas kamu.
Iqbal: Yup,
tentu. Kamu juga, kamu harus belajar dengan sungguh-sungguh. Jangan kebanyakan
main, dan jadilah anak yang bisa negabanggain ortu kamu.
Septi: Bal,
aku pamitan ya.. do’ain aja semoga semuanya lancar dan tidak ada kendala apa
pun. Terimakasih udah menjadi sahabat terbaikku. Banyak hal penting yang bisa
ku jadikan pembelajaran saat bersama kamu dan juga Dera.
Iqbal: Yup,
jaga diri baik-baik.
Dera: Good
luck Sep!
Septi dan
Dera tidak lama kemudian akhirnya keluar dari rumah Iqbal. Dera dan Septi
pulang kerumah masing-masing untuk melakukan persiapan, karena siang itu juga
mereka akan berangkat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Drama
merupakan pertunjukan cerita atau lakon kehidupan manusia yang dipentaskan.
Yang mempunyai ciri-ciri diantaranya drama merupakan prosa modern, naskah drama
berbentuk prosa atau puisi, drama terdiri dari dialog, pemikiran dan gagasan
pengarang disampaikan melalui dialog watak-wataknya, konflik, sebuah skrip yang
tidak didasari oleh konflik tidak dianggap sebuah drama yang baik, dan gaya
bahasa. Adapun unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu unsur intrinsik
(unsur dalam) dan unsur ektrinsik (unsur luar).
Unsur-unsur
intrinsik yaitu tokoh, penokohan, setting, tema, alur atau plot, dan amanat.
Sedangkan unsur ekstrinsik dalam drama adalah unsur yang tampak, seperti adanya
dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah
sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton.
Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan berdasarkan isi ceritanya (drama
tragedy, melodrama, komedi dagelan). Berdasarkan cara penyajiannya (closed
drama, drama treatikal, drama radio, drama televisi). Berdasarkan bentuknya
(sandiwara, teater rakyat, opera, sendratari, pantomim, operet, tableau,
passie, wayang, minikata). Dan menurut masanya drama ada drama baru dan drama
lama.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan yaitu prolog, epilog, monolog, dan dialog. Selain itu
juga ada tata panggung, pemeran, kostum, dan suara yang perlu diperhatikan.
Gaya bahasa adalah gaya atau tehnik suatu bahasa yang digunakan oleh seseorang
dengan bertujuan supaya bahasa yang disampaikan lebih bermakna indah. Ada dua
aliran gaya bahasa yaitu Aliran Platonik dan Aliran Aristoteles. Sebuah gaya
bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut : Kejujuran, sopan santun
dan menarik. Pandangan atau pendapat tentang gaya bahasa dapat dibedakan dari
segi bahasa dan nonbahasa.
Segi
nonbahasa mencakup berdasarkan pengarang, masa, medium, subyek, tempat, hadirin
tujuan. Sedangkan berdasarkan bahasa mencakup berdasarka pilihan kata, nada
yang terkandung dalam wacana, struktur kalimat, dan langsung atau tidaknya
suatu makna. Gaya bahasa mempunyai berbagai jenis dalam berbagai jenis tersebut
mempunyai cirri khas masing-masing yang membedakannya. Kreatifitas dalam
memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam menulis gagasan atau
ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan
karya yang indah, enak dibacadidengar, serta ide yang ingin disampaikan penulis
dapat dipahami dengan baik.
DAFTAR PUSATAKA
Kref, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. 2009.
Sadikin, Mustofa. Kumpulan Sastra Indonesia.
Jakarta: Gudang Ilmu. 2010.
http://dinamika.uny.ac.id
http://irpantips4u.blogspot.com
http://teksdrama.blogspot.com
http://aamovi.wordpress.com
http://mengenal-teater.blogspot.com
http://kingponselku.com
http://senibudayaparamitha.blogspot.com