FAKTOR-FAKTOR SOSIOKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


BAB I 
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fungsi Bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi. Jika fungsi itu dikaitkan dengan budaya maka bahasa berfungsi sebagai sarana perkembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan. Jika dikaitkan dengan kehidupan sosial,   maka   bahasa   berfungsi   sebagai   bahasa nasional, yaitu lambang kebanggaan bangsa, lambang identitas bangsa, alat pemersatu, dan sebagai alat penghubung antardaerah dan antarbudaya. Sebagai bahasa   kelompok,   bahasa   berfungsi   sebagai   alat komunikasi dan interaksi sehari-hari dalam kelompok itu.   Dari   sisi   perorangan,   bahasa   memiliki   fungsi instrumental,   menyuruh,   kepribadian,   pemecahan masalah, mempengaruhi dan khayalan.
Di dalam   pemerolehan   maupun   menguasai bahasa,   seseorang   akan   dipengaruhi   oleh   empat bagian utama, yang meliputi lingkup sosio-kultural, perbedaan individual, konteks pemerolehan bahasa, dan out-comes belajar bahasa . Lingkup sosio-kultural sangat   mempengaruhi   variabel   kognitif   dan   afektif Metodologi Pengajaran Bahasa Dan Sastra: Faktor-Faktor Sosiokultural pembelajaran bahasa. Variabel afektif mencakup sikap, motivasi, kecemasan bahasa, dan kepercayaan diri. Variabel kognitif mencakup intelegensi, bakat bahasa, dan   strategi   belajar   bahasa.   Sehingga   faktor sosio-kultural atau budaya memiliki hubungan yang erat dengan   bahasa.   Setiap   kali   kita   mengajarkan   satu bahasa,   kita   juga   mengajarkan   satu   sistem   yang kompleks tentang kebiasaan budaya, nilai-nilai, cara berpikir, merasa, dan bertindak. Faktor-faktor sosio-kultural   juga   berkaitan   erat   dalam   proses pembelajaran bahasa kedua.
Pandangan   yang   mampu   mengakomodasi sociocultural-revolution   dalam   teori   belajar   dan pembelajaran   dikemukakan   oleh   Lev   Vigotsky.   Ia mengatakan   bahwa   jalan   pikiran   seseorang   harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada dibalik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari sejarah hidupnya. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka   makalah   ini   akan   memaparkan   faktor   serta pengaruh sosio-kultural dalam pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa.  
Rumusan Masalah
Adapun fokus kajian dalam makalah ini adalah mengenai   sosio-budaya   dan   bahasa,   sosio-budaya dalam pemerolehan bahasa kedua, dan aplikasinya dalam pembelajaran bahasa.
 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan   penulisan   makalah   ini   adalah   untuk mendeskripsikan   faktor   sosial   budaya   dan   bahasa secara   umum   dan   faktor   sosio-budaya   dalam pemerolehan bahasa kedua.

BAB II 
PEMBAHASAN
BUDAYA
     1.      Pengertian Budaya
Budaya berasal dari bahasa sansekerta Buddhayah berarti budi atau akal. Budaya atau culture berasal dari bahasa latin Colere artinya mengolah tanah atau segala tindakan untuk mengelola alam. Karena manusia adalah bagian dari alam, maka budaya diartikan sebagai usaha manusia dengan akal mengelola lingkunan alam dan sosial, atau usaha manusia mengelola lingkungan hidupnya.
 Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa dan karya seni.
     2.      Aspek –aspek Budaya
Menurut W.A. Gerungan aspek budaya yang perlu diperhatikan adalah:
a.       Rule/Aturan
Yaitu sesuatu untuk melaksanakan aktifitas kehidupan masyarakat. Rule terbagi menjadi Legal Rule (bentuk penekanan dalam arti luas dimana sanksinya tidak bisa dihindarkan melalui mengorbankan anggota sipelanggar) dan the rule of association (menjaga kondisi nyata dan kegagalan harus dipatuhi anggota termasuk kehilangan keanggotaan atau acuan pribadi dapat berupa penyerangan dari anggota lain).
b.      Costum/kebiasaan
Yaitu prosedur kelompok yang diciotakan secara berulang.
c.       Attitude/sikap
Yaitu perbuatan yang mempunyai arah tujuan dan dilakukan secara senang atau tidak senang.
d.      Value/nilai
Yaitu menunjukkan dimana lingkup usaha pokok sangat penting bagi individu, dan merupakan standar keadilan dan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat serta dilaksanakan pada proses interaksi sosial.
           3.      Hubungan Bahasa dengan Budaya
a.       Subordinatif yaitu bahasa bagian dari budaya, dimana bahasa dibawah lingkup budaya. Sehingga dikatakan bahwa budaya sebagai Main System dan Subsytem.
b.      Koordinatif yaitu hubungan sederajad yang kedudukannya sama tinggi.
Hubungan bahasa dan budaya diibaratkan seperti sekeping mata uang logam. Dua fenomena yang berbeda tetapi sangat erat dan tidak dapat dipisahkan.
       4.      Hubungan Budaya dengan Manusia
a.       Budaya merupakan gejala kemanusiaan artinya tidak ada budaya tanpa manusia atau tidak ada manusia yang tidak mempunyai budaya.
b.      Budaya ikut sderta menciptakan manusia artinya budaya yang dibuat manusia, menyebabkan manusia tunduk kepada budaya tersebut.
c.       Budaya adalah alat untuk memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kehidupan manusia.
d.      Budaya adalah alat untuk mempertahankan hidup manusia.
e.       Perkembangan budaya kadang-kadang terjadi lompatan untuk menyesuaikan dengan keadaan seluruhnya.
SIKAP
Tempramen yaitu kecenderungan yang bersifat berlebihan dalam pembawaan yang menciptakan kejelekan, lebih tampak. Trait yaitu sesuatu yang dengan hal itu seseorang dapat dibedakan dengan orang lain.
1.      Pengertian sikap
Dalam istilah yang digunakan kecenderungan mempunyai makna pengertian arah tindakan yang dilakukan seseorang berkaitan dengan suatu objek.

2.      Ciri-ciri sikap
a.       Sikap bukan bawaan sejak lahir, melaikan terbentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan individu tersebut.
b.      Sikap itu dapat berubah-ubah.
c.       Mempunyai segi motivasi dan segi perasaan.
d.      Objek sikap dapat berupa kumpulan objek.
e.       Tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan dengan suatu objek.
3.      Sikap bahasa
Sesungguhnya sikap dapat dikatakan sebagai fenomena kejiwaan, yang biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan dan prilaku. Lambert dalam dikutip oleh Chaer dan Agustina, berpendapat bahwa sikap terdiri dari tiga komponen yaitu; komponen kognitif (berhubungan dengan pengetahuan mengenai alam sekitar dan gagasan yang biasanya merupakan kategori yang dipergunakan dalam proses berpikir), komponen afektif (penilaian baik suka atau tidak suka terhadap keadaan), dan komponen konatif (perilaku atau perbuatan sebagai putusan akhir kecenderungan terhadap suatu objek atau keadaan).

PEMEROLEHAN BUDAYA KEDUA
Pemerolehan budaya kedua berlangsung ketika seseorang belajar pemerolehan bahasa kedua karena keduanya satu unit dan berkaitan satu sama lain. Perspektif lain bahwa gagasan sebuah kurikulum bahasa asing dapat menghadirkan budaya sebagai daftar fakta yang dikomsumsi secara kognitif oleh siswa tanpa interaksi memadai dengan budaya itu. Pembelajaran budaya adalah sebuah proses penciptaan makna bersama diantarabperwakilan-perwakilan budaya. Proses ini harus dijalani, proses pembelajaran bahasa yang berlangsung secara bertahun-tahun pembelajaran bahasa, dan menembus sangat dalam ke pola pemikiran, perasaan dan tindakan seseorang.
Akulturasa adalah penciptaan identitas baru yang merupakan jantung dari pembelajaran budaya. Terjadinya proses akulturasi akan mempengaruhi budaya baru. Budaya adalah bagian yang tertanam sangat dalam keberadaan sebagai manusia, tetapi bahasa cara bagaimana berkomunikasi diantara anggota-anggota sebuah budaya merupakan ekspresi yang terlihat dan tersedia dari budaya itu.
  
BAB III 
KESIMPULAN

Kesimpulan
Bahasa sebagai alat komunikasi berkaitan erat dengan   budaya.   Jika   dikaitkan   dengan   masyarakat maka   bahasa   berfungsi   sebagai   bahasa   nasional. Pembelajaran bahasa kedua melibatkan pemerolehan identitas   kedua   dalam   pembelajaran   budaya (akulturasi). Faktor-faktor sosiokultural berkaitan erat dalam proses pembelajaran bahasa kedua dan bahasa asing. Dengan mengenali hubungan yang kompleks tersebut guru bahasa dapat merancang perlakuan apa yang oocok terhadap murid-muridnya di kelas, baik dari segi pendekatan maupun teknik. Guru juga dapat memberi pemahaman   pada   murid-murid   tentang   pentingnya memahami budaya kelompok pemakai bahasa sasaran jika mereka ingin menguasai bahasa tersebut dengan baik dan mencapai tingkat mahir.
Saran
Kita sebagai calon guru yang akan mengajar di sekolah Dasar hendaknya mengetahui tentang apa apa saja yang harus dipahami oleh kita sebagai calon guru. Jangan sampai kita mengajar dengan asal asalan karena itu akan membuat ketidak nyamanan bagi siswa. Di biasakan setiap kita akan mengajar kita terlebih dahulu harus mempunyai rencana pembelajaran atau yang biasa di sebut RPP, mengapa demikian agar pembelajaran kita terencana. Jadi kita dapat mengetahui tema apa yang akan di bahas metode apa saja yang akan digunakan dan teknik apa saja yang akan dipakai. Oleh karena itu kita harus selaku calon guru harus mengetahui teori-teori tersebut sehingga dapat dituangkan dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
 Brown. 2003. Prinsip PrinsipLinguistics. Jakarta: Bumi Aksara.
Kinayati Djojosuroto. 2007. Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Kumaravadivelu. 2006. Understanding language teaching from method to post method. New Jersey.
Suenjono Dardjowidjojo. 2008. Psikolinguistik, pengantar pemahaman bahasa manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesi.