LINGKUP ILMU SATRA, TEORI SASTRA, SEJARAH SASTRA, DAN KRITIK SASTRA SERTA HUBUNGAN KETIGANYA




 DAFTAR BAHASAN
Teori Sastra
Sejarah Sastra
Kritik Sastra
Hubungan antara Teori Sastra, Sejarah Sastra, dan kritik Sastra

Teori Sastra
Teori sastra ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya sastra yang membedakannya dengan yang bukan sastra. Secara umum yang dimaksud dengan teori adalah suatu sistem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menerapkan pola pengaturan hubungan antara gejala-gejala yang diamati. Teori berisi konsep/uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek ilmu pengetahuan dari suatu titik pandang tertentu.

Suatu teori dapat dideduksi secara logis dan dicek kebenarannya (diverifikasi) atau dibantah kesahihannya pada objek atau gejala-gejala yang diamati tersebut.
Kritik sastra juga bagian dari ilmu sastra. Istilah lain yang digunakan para pengkaji sastra ialah telaah sastra, kajian sastra, analisis sastra, dan penelitian sastra.
Untuk membuat suatu kritik yang baik, diperlukan kemampuan mengapresiasi sastra, pengalaman yang banyak dalam menelaah, menganalisis, mengulas karya sastra,
penguasaan dan pengalaman yang cukup dalam kehidupan yang bersifat nonliterer, serta tentunya penguasaan tentang teori sastra. 

Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu. Di dalamnya dipelajari ciri-ciri karya sastra pada masa tertentu, para sastrawan yang mengisi arena sastra, puncak-puncak karya sastra yang menghiasi dunia sastra, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di seputar masalah sastra. Sebagai suatu kegiatan keilmuan sastra, seorang sejarawan sastra harus mendokumentasikan karya sastra berdasarkan ciri, klasifikasi, gaya, gejala-gejala yang ada, pengaruh yang melatarbelakanginya, karakteristik isi dan tematik.

Sejarah  Sastra
Dalam sejarah sastra Indonesia dikenal istilah angkatan. Yang dimaksud dengan angkatan adalah suatu usaha pengelompokan sastra dalam suatu masa tertentu. Pengelompokan ini berdasar atas ciri khas karya yang dihasilkan pada masa itu. Sastra Indonesia dibagi menjadi 4 golongan besar, yaitu:

Angkatan Dua Puluhan (Balai Pustaka)
Disebut angkatan dua puluhan karena angkatan inilahir pada tahun 1920-an dan disebut angkatan balai pustaka karena penerbit yang paling banyak menerbitkan adalah Balai Pustaka. Balai pustaka didirikan tahun 1917 oleh Dr. Rinkes. Penerbit ini sangat berjasa bagi dunia sastra Indonesia karena dengan adanya penerbit ini lahir berbagai macam karya sastra terkenal. Balai pustaka tidak hanya berperan pada masa tahun 1920-an saja melainkan sampai masa-masa berikutnya bahkan sampai sekarang. Karya yang paling terkenal pada masa ini adalah Siti Nurbaya karangan Marah Rusli. 

Roman ini menceritakan tentang perjodohan yang masih banyak dilakukan pada masa itu. Beberapa karya sastra angkatan 1920-an adalah Azab dan Sengsara (roman, tahun 1920 oleh Merari Siregar), Muda Teruna (roman, tahun 1922 oleh Moh. Kasim), Tak Putus Dirundung Malang (roman, tahun 1929 oleh S.T. Alisyahbana).

Angkatan Tiga Puluhan (Pujangga Baru)
Angkatan ini adalah angkatan yang lahir pada sekitar tahun 1933 sampai 1942. Disebut abgkatan pujangga baru karena pada tahun 1933 terdapat majalah sastra yang terkenal, yaitu majalah Pujangga Baroe. Karya-karya yang ditampilkan dalam majalah ini adalah puisi, cerpen, novel, roman, atau drama-drama pendek. Karya sastra pada angkatan ini berbeda dengan karya sastra dengan angkatan sebelumnya. Seni menurut mereka, harus mampu membangun bangsa dan negara. Oleh karena itu, karya sastra angkatan ini lebih bersifat dinamis, individualistis, dan tidak terikat tradisi.

Karya sastra yang lahir antara lain adalah Layar Terkembang (roman, tahun 1936 oleh S.T. Alisyahbana), Anak Perawan di sarang Penyamun (roman, tahun 1942 oleh S.T. Alisyahbana), Belenggu (roman, tahun 1940 oleh Armijn Pane), dan lain-lain.

Angkatan '45
Nama lain angkatan ini adalah agkatan pembebasan dan angkatan Chairil anwar. Disebut angkatan Chairil Anwar karena besarnya jasa Chairil Anwar dalam lahirnya angkatan ini.    Karya-karya sastra angkatan ini sangat berbeda dengan angkatan sebelumnya. Ciri-cirinya antara lain adalah bebas, individualistis, universalistis, realistik, dan futuristik. Karya yang terkenal dari angkatan ini adalah Dari Ave Maria-Jalan Lain ke Roma yang merupakan kumpulan cerpen karya Idrus.

Angkatan Enam Puluh Enam
Nama angkatan ini diberikan oleh H.B. Jassin. Nama ini diberikan untuk menamakan suatu kelompok sastra setelah angkatan '45. angkatan ini muncul pada saat keadaan politik indonesia sedang kacau karena adanya gerakan teror dari PKI. Karya sastra pada angkatan ini lebih banyak bersifat protes terhadap keadaan yang kacau pada masa itu.

Beberapa karya sastra yang lahir pada angkatan ini adalah kumpulan puisi oleh Taufik Ismail yang berjudul Tirani, drama karya Motinggo Busye dengan judul Malam Jahanam, roman berjudul Pagar Kawat Berduri oleh Toha mohtar, roman Pelabuhan Hati karya Titis Basino, dan lain-lain.

Karya Sastra Kontemporer
Sekitar tahun '70-an, muncul karya sastra yang lain daripada karya sastra yang telah ada sebelumnya. Kebanyakan isinya tidak menekankan pada makna kata. Kemunculan karya sastra ini dipelopori oleh Sutardji Calzoum Bachri.

Kritik Sastra
Kritik Sastra  adalah analisis untuk menilai suatu karya sastra. Tujuan kritik sebenarnya bukan menunjukkan keunggulan, kelemahan, benar/salah sebuah karya sastra dipandang dari sudut tertentu, tetapi tujuan akhirnya mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra setinggi mungkin dan mendorong pembaca untuk mengapresiasi karya sastra secara lebih baik.

Ada 2 jenis kritik sastra:
  1. Kritik sastra intrinsik : Fokusnya pada karya sastra itu sendiri dan menganalisa unsur-unsur karya sastra itu.
  2. Kritik sastra ekstrinsik :  Menghubungkan karya sastra dengan hal-hal diluar karya sastra. Misal: menghubungkan karya sastra dengan pengarangnya, karya sastra 
Hubungan Teori Sastra dengan Kritik Sastra dan Sejarah Sastra
Pada hakikatnya, teori sastra membahas secara rinci aspek-aspek yang terdapat di dalam karya sastra baik konvensi bahasa yang meliputi makna, gaya,struktur, pilihan kata, maupun konvensi sastra yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan lainnya yang membangun keutuhan sebuah karya sastra. Di sisi lain, kritik sastra merupakan ilmu sastra yang mengkaji, menelaah, mengulas, memberi pertimbangan, serta memberikan penilaian tentang keunggulan dan kelemahan atau kekurangan karya sastra. Sasaran kerja kritikus sastra adalah penulis karya sastra dan sekaligus pembaca karya sastra. Untuk memberikan pertimbangan atas karya sastra kritikus sastra bekerja sesuai dengan konvensi bahasa dan konvensi sastra yang melingkupi karya sastra.                                                                                                                                                                                                   
Demikian juga terjadi hubungan antara teori sastra dengan sejarah sastra. Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu,
periode ke periode sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya bangsa. Perkembangan sejarah sastra suatu bangsa, suatu daerah, suatu kebudayaan, diperoleh dari penelitian karya sastra yang dihasilkan para peneliti sastra yang menunjukkan terjadinya perbedaan-perbedaan atau persamaan-persamaan karya sastra pada periode-periode tertentu.   Secara keseluruhan dalam pengkajian karya sastra, antara teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra terjalin keterkaitan.

 
ORANG YANG PALING TIDAK BAHAGIA IALAH MEREKA YANG YANG PALING TAKUT PADA PERUBAHAN